TEORI LINGKUNGAN KOTA
Awal abad XXI ini persoalan lingkungan telah bertambah semakin rumit.
Persoalan lama masih banyak yang belum berhasil diselesaikan seperti
sampah/MSW dan bencana alam yang telah menimbulkan dampak lingkungan,
namun isu-isu baru (emerging issue) telah muncul, antara lain persoalan
e-waste, B-3 dan perubahan iklim yang berdampak serius terhadap
kesehatan manusia. Persoalan-persoalan baru tersebut telah menambah
kerumitan permasalahan di kawasan perkotaan, karena sebagian besar
sumbernya justru di wilayah perkotaan.
Tuntutan hidup di perkotaan telah menimbulkan gaya hidup yang serba
cepat dan menuntut penggunaan fasilitas modern seperti alat-alat
elektrik dan elektronik serta konsumsi energi yang terus meningkat yang
ternyata telah menimbulkan dampak negatip serius bagi kehidupan umat
manusia. Upaya untuk mewujudkan clean land, clean water dan clean air di
daerah perkotaan perlu terus dilakukan, karena kualitas lingkungan yang
buruk telah menimbulkan dampak serius bagi kehidupan manusia. Salah
satu hasil kajian menunjukkan bahwa akibat lingkungan yang buruk,
masyarakat miskin Indonesia terpaksa harus membelanjakan dana yang
sangat besar (sekitar 43 triliun rupiah) untuk biaya pengobatan yang
semestinya dapat di dayagunakan untuk keperluan yang lebih produktip dan
bermanfaat langsung bagi peningkatan kualitas kehidupannya.
Teori beban lingkungan
Manusia mempunyai kapasitas yang terbatas dalam proses informasi. Menurut Cohen ada 4 asumi dasar teori ini:
a. Manusia mempunyai kapasitas terbatas dalam proses informasi.
b. Ketika stimulus lingkungan melebihi kapasitas, proses tidak akan dilakukan secara optimal.
c. Ketika stimulus sedang berlangsung, dibutuhkan respon adaptif.
d. Jumlah perhatian yang diberikan seseorang tidak konstan sepanjang waktu tetapi sesuai kebutuhan.
Teori hambatan perilaku
Teori ini adalah stimulasi yang berlebih atau tidak diinginkan,
mendorong terjadinyahambatan dalam kapasitas proses informasi.
Akibatnya, orang merasa kehilangan control terhadap situasi yang sedang
berlangsung.
Istilah hambatan berarti terdapat sesuatu dari lingkungan yang membatasi
apa yang mejadi harapan. Dalam situasi yang diliputi perasaan bahwa ada
sesuatu yang menghambat perilaku, orang merasa tidak nyaman. Pengatasan
yang dilakukan adalah orang mencoba menegaskan kembali control yang
dimiliki dengan cara melakukan antisipasi factor-faktor lingkungan yang
membatasi kebebasan perilaku.
Teori level adaptasi
Teori ini pada dasarnya sama dengan teori beban lingkungan. Menurut
teori ini, stimulasi level yan rendah maupun yang tinggi mempunyai
akibat negative bagi perilaku. Level stimulasi yang optimal adalah yang
mampu mencapai perilaku optimal itu sendiri. Dengan demikian dalam teori
ini dikenal perbedaan individu dalam level adaptasi.
Salah satu teori beban lingkungan ialah teori adaptasi yang optimal. Ada tiga dimensi hubungan perilaku lingkungan yaitu:
a. Identitas. Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit akan membuat
gangguan psikologis. Terlalu banyak orang akan menyebabkan perasaan
sesak, sendangkan terlalu sedikit orang akan menyebabkan orang merasa
terasing.
b. Keanekaragaman. Keanekaragaman benda atau manusia akan berakibat
terhadap proses informasi. Terlalu beraneka akan membuat perasaan
overload , sedangkan kekurangan keanekaragaman akan membuat perasaan
monoton.
c. Keterpolaan. Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan memprediksi.
Jika suatu setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit, menyebakan
beban dalam proses informasi sehingga stimulus sulit diprediksi,
sedangkan pola-pola yang sangat jelas menyebabkan stimulus mudah
diprediksi.
Teori stres lingkungan
Teori stres lingkungan pada dasarnya merupakan aplikasi teori stres
dalam lingkngan. Berdasarkan model input - proses – output, maka ada 3
pendekatan dalam stres yaitu stres sebagai stressor, stres sebagai
respon, dan stres sebagai proses. Oleh karena itu, 3 komponen tersebut
merupakan sumber yang mengancam kesejahteraan seseorang misalnya suara
bising, panas, dan kepadatan tinggi.
Beberapa ekologi
Perilaku manusia merupakan bagian dari kompleksitas ekosistem, yang mempunyai beberapa asumsi dasar sebagai berikut:
a. Perilaku manusia terkait dengan konteks lingkungan,
b. Interaksi timbal balik yang menguntungkan antara manusia dan lingkungan,
c. Interaksi manusia dan lingkungan bersifat dinamis,
d. Interaksi manusia dan lingkungan terjadi dalam berbagai level yang tergantung pada fungsi.
Salah satu teori yang didasarkan atas pandangan ekologis adalah behavior
setting yang dipelopori oleh Robert Barker dan Alan Wicker. Premis
utama teori ini yaitu kesesuaian antara rancangan lingkungan dengan
perilaku yang dikomodasikan dalam lingkungan tersebut.
ISU LINGKUNGAN PERKOTAAN
Masalah lingkungan perkotaan adalah ancaman terhadap masyarakat saat ini
atau masa depan baik, yang mengakibatkan kerusakan yang disebabkan
manusia terhadap lingkungan fisik. Masalah lingkungan perkotaan yang
diangkat oleh inisiatif pembangunan perkotaan berkaitan dengan masalah
lingkungan. Mereka adalah:
1. Masalah kesehatan lingkungan seperti air minum tidak memadai
dansanitasi, polusi udara dalam ruangan dan crowding berlebihan
2. Masalah-masalah regional seperti polusi udara, tidak memadainya
pembuangan limbah, pencemaran badan air dan hilangnya daerah hijau.
3. Dampak kegiatan perkotaan seperti gangguan ekologi dan sumber daya.deplesi dan emisi bahan kimia dan gas rumah kaca.
4. Dampak beban lingkungan regional atau global yang mungkin timbul
dari kegiatan di luar batas-batas geografis kota, tetapi akan
mempengaruhi orang yang hidup di kota.
Ada sejumlah tantangan lingkungan yang muncul dalam kota-kota. Mereka adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan jasa lingkungan dasar dengan cara yang paling efektif melindungi kesehatan.
a. Akses ke sanitasi yang aman diminum, air dan fasilitas drainase.
b. Manajemen yang tepat pengumpulan sampah dan pembuangan.
c. Pengurangan polusi dalam rumah tangga dengan menyediakan bahan
bakar bersih untuk memasak dan ventilasi rumah tangga ditingkatkan.
2. Identifikasi dan pelaksanaan terpadu pendekatan untuk lingkungan
perkotaan untuk mencegah serta menanggulangi dampak dari polusi dan
degradasi.
a. polusi udara.
b. Polusi permukaan air.
c. Polusi air tanah dan deplesi.
d. Penggunaan lahan dan degradasi ekosistem.
3. Berurusan tepat dengan kecelakaan dan bencana lingkungan yang
berasal dari kedua alam dan melakukan upaya. Beberapa situs terburuk
dari bencana ekologi ditemukan di dalam dan sekitar kota.
4. Kemiskinan perkotaan dan kondisi lingkungan saling terkait.
Kemiskinan ini diperburuk oleh ancaman lingkungan yang menjelaskan
bagian besar dari kesehatan yang buruk, awal kematian dan penderitaan
bagi manusia.
5. Faktor lingkungan perkotaan yang mempengaruhi kesehatan manusia,
khususnya di lapangan kesuburan. Di beberapa negara, jumlah sperma yang
berkurang drastis.
6. Memahami pengaruh urbanisasi terhadap pasokan makanan sistem pangan
yaitu, pemasaran dan distribusi.Karena pasokan makanan tercemar di
daerah perkotaan.
7. Perkotaan gepeng. Populasi meningkat di daerah perkotaan,
menyebabkan penurunan jumlah ruang terbuka yang tersedia dan kaum miskin
kota akan tinggal di pinggiran kota. Pemukiman-pemukiman menjadi kumuh
dari paling mengerikan dan mempengaruhi lingkungan.
8. Konsumsi perkotaan dan pola produksi adalah akar atau penyebab utama
kerusakan lingkungan. Oleh karena itu pengelolaan lingkungan perkotaan
yang lebih baik diperlukan.
9. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.
b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem
pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan
dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya
hutan. Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak
langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
1. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
2. Perburuan liar.
3. Merusak hutan bakau.
4. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
5. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
6. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
7. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar